Manfaatkan Biogas, Lepas Dari Ketergantungan Elpiji

Biogas dari tangki penampungan kotoran
sapi disalurkan melalui pipa paralon sepanjang 100 meter ke dapur
rumahnya. Takaran penggunaan gas tergantung banyaknya kotoran yang
diproses di tangki tersebut.
Dua tangki yang tertanam di area kandang
mampu menyuplai kebutuhan memasak tiga keluarga yang berlokasi paling
dekat dengan kandang. Dikatakan Widayat, kalor yang dihasilkan biogas
tak ubahnya elpiji yang sering dimanfaatkan pengguna barang bersubsidi
itu.
Hanya saja biogas dari pengolahan
kotoran sapi beraroma lebih tajam. Meski pemanfaatan biogas gratis,
namun penggunanya bertanggungjawab mengolah limbah kandang sapi hingga
siap dijadikan bahan baku pembuatan biogas.
“Pagi-pagi sekali, tlethong (kotoran
sapi) dihancurkan sampai lembut. Baru kemudian dimasukkan ke tangki
penampungan. Sore harinya sudah dihasilkan biogas yang siap dipakai
memasak,” katanya.
Tanggungjawab mempersiapkan bahan baku
biogas dipikul para pengguna energi terbarukan ini secara bergantian.
Termasuk mengalirkan biogas ke kompor.
“Kalau semua mengalirkan biogas
sama-sama di kompornya, maka nyala api akan mengecil. Jadi harus
bergantian. Keluarga lain juga bisa ikut memanfaatkan biogas asalkan mau
ngudak lethong (mengolah bahan baku),” jelasnya.
Ketua KTT Andini Lestari, Joko Kiswanto
mengatakan, penyaluran biogas ke rumah tangga penduduk merupakan bentuk
kontribusi ke warga yang berlokasi paling dekat dari kandang. Awalnya,
distribusi biogas dipersiapkan bagi sembilan keluarga.
“Pada tahun 2009 lalu dibantu pemerintah
pusat sebanyak 52 ekor sapi. Kini jumlahnya bertambah menjadi 100 ekor
lebih. Masyarakat sekitar juga ikut menikmatinya dalam bentuk penggunaan
biogas,” jelasnya.
Joko menambahkan, kapasitas tangki yang
terbatas menyulitkannya menambah suplai biogas ke rumah tangga. Selain
itu dibutuhkan perangkat standar penyaluran gas dari sekadar pipa
paralon yang rawan bocor.
No Comment to " Manfaatkan Biogas, Lepas Dari Ketergantungan Elpiji "